Mengkritisi Debat Capres mengenai perlindungan TKI di Luar Negri

Tulisan ini merupakan salah satu turun tangan yang aku lakukan untuk memberikan opini yang aku rasakan sebagai buruh migran di Korea ketika menonton debat capres antara pak Jokowi dan pak Prabowo mengenai perlindungan terhadap TKI di luar negri.

Dari debat capres  Minggu (22/6/2014) malam, dengan tema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional", pak Jokowi menyebutkan salah satu prioritas utama politik internasional ialah perlindungan WNI atau TKI di luar negeri. Pak Jokowi juga memberikan tahap solusi dalam perlindungan WNI atau TKI di luar negeri, sekaligus menegaskan akan mempertahankan dan melakukan moratorium TKI terhadap negara–negara yang tidak memiliki UU Perlindungan Tenaga Kerja. Beda halnya dengan Pak Prabowo. Pak Prabowo baru menanggapi masalah WNI atau TKI di luar negeri saat moderator debat memberikan pertanyaan. Di samping itu, dalam pemaparannya, Pak Prabowo tidak memberikan penjelasan visi misi WNI atau TKI di luar negeri, tetapi mendukung dan sependapat solusi yang disampaikan Pak Jokowi dan selanjutnya lebih banyak menceritakan pengalaman soal kasus Wilfrida TKI di Malaysia yang terancam hukuman mati. Yang kemudian pernyataan klaim pak Prabowo ini disayangkan oleh migrant care, bahwa Wilfrida bebas karena bantuan dari pak Prabowo semata. Menurut Migrant Care, Prabowo Subianto mulai nimbrung pada September 2013. Jadi bisa dikatakan, keterlibatan Prabowo Subianto di tikungan terakhir saja ( http://indonesia-baru.liputan6.com/).

Menurut migrant care, pak Prabowo memandang masalah itu menggunakan analisis klasik berdasarkan faktor pendorong, yakni kemiskinan. Juga menggunakan pendekatan makro ekonomi untuk menyelesaikannya. Sementara Jokowi, lebih melihat fenomena migrasi sebagai realitas yang harus dijawab, dengan kebijakan spesifik mengenai tata kelola migrasi dan dukungan politik luar negeri, yang berorientasi terhadap perlindungan warga negara.

Hmmm... terlepas migran care sedang melakukan politik atau nggak, aku sendiri kurang tau... tetapi menurut temen-temen, mana yang lebih baik:

-Cara berfikir bahwa rakyat adalah orang-orang yang mempunyai banyak kebutuhan sehingga tugas seorang pemimpin adalah MENCUKUPI dan MEMUASKAN kebutuhan mereka tersebut...
-Atau, cara berfikir bahwa rakyat adalah orang-orang yang mempunyai KEMAMPUAN untuk tumbuh dan berkembang, maka tugas seorang pemimpin adalah menciptakan jalur-jalur yang dibutuhkan untuk menuju KEMANDIRIAN tersebut.

Yang satu menunjukkan mentalitas PENYELAMAT, dan yang lain menunjukkan mentalitas KERJA-SAMA/KEGOTONG-ROYONGAN. Yang satu menjanjikan solusi-solusi besar, sedangkan yang satu menjanjikan keswasembadaan.

Apapun pilihannya... bukankah rasa bahwa kita sebenarnya sempat, mampu dan BISA berkontribusi itu JAUH lebih menarik daripada rasa tak berdaya sehingga hanya bisa menunggu untuk diselamatkan... Iya nggak, sih?


By buruhkorea with No comments

0 comments:

SARAN DAN KRITIK DAPAT MEMPERPANJANG NAPAS BLOG INI...!!
1. diharap jangan spam disini
2. gunakan bahasa yang sopan
3. you are what you think

Untuk mendapatkan tampilan yang maksimal, buka dengan Google Chrome.. Close

     
    BE IN TOUCH...
    Dapatkan artikel-artikel ini secara gratis langsung dari Inboxmu
     
     

    POPULAR POSTS

    KOMENTAR

    BLOG INFO